Jadi Jonatan Christie Ribet, Jadi Jelek Salah

Tanda tanya besar pun muncul: Kenapa kehebohan itu hanya terjadi di saat pesta olahraga Asian Games 2018 saja. Sekarang dia kemana? Ketindih sama berita viral apa sampai-sampai dia seolah-olah dilupakan begitu saja.

Padahal, histeria yang muncul kala itu bukan cuma diisi oleh suara para abege saja, melainkan juga emak-emak yang mendadak mengeluarkan ekspresi yang gak kalah alaynya. Sosial media jadi medium bergelontornya ekspresi-ekspresi tersebut dipamerkan.

Kehebohan yang muncul sejatinya tidak hanya karena Jojo—sapaan singkat untuk Jonatan Christie—sukses menyabet medali emas di nomor tunggal putra. Segala puja-puji untuknya tidak berhenti di situ saja.

Penampakan tubuh yang seakan mempertontonkan standard body goals versi maskulin dari foto yang viral itulah yang menjadi kiblat utama. Beda dengan pujian dan ucapan selamat kerena prestasinya, Jojo justru ‘diserang’ netizen dengan pujian-pujian yang amat seksis.

Perut six pack dan hmm… lekuk di antara selangkangannya kala itu memang jadi buruan netizen yang halu kurang kerjaan. Jojo tiba-tiba saja menjelma selayaknya Oppa-Oppa dalam industi K-Pop.

Kebetulan juga nih, waktu itu doi buka baju sebagai selebrasi atas kemenangannya di parta final atas wakil Taiwan, Chou Tien Chen. Lantas, siapa yang sangka kalau aksinya buka baju itu membuat netizen seantero di sebuah negeri jadi latah bereaksi. Overreacted malahan.

Fenomena ‘aneh’ itu kini sudah jauh terlewat—dan dilupakan. Untungnya, hal itu tidak membuat Jojo trauma dan kehilangan semangat untuk membela Indonesia di bidang perbulutangkisan dunia.

Saya cukup yakin kalau apa yang menjadi reaksi netizen saat itu bisa membuat Jojo tidak nyaman. Cercaan puja-puji ke arahnya itu jelas berlebihan. Fenomena ini semacam rekonstruksi bagaimana efek catcalling tidak hanya berada di batas-batas gender.

Baik wanita atau pria, potensi untuk berperan sebagai korban maupun pelaku sebenarnya sama besarnya. Karena puja-puji untuk otoritas tubuh seseorang memang multi prestasi interpretasi.

Beruntungnya lagi, viral perihal tubuh ‘sexy’ Jojo ini tidak terus-terusan berlanjut. Selain tidak ada maksud untuk melakukan pornoaksi, doi sendiri hanyalah melakukan selebrasi spontan.

Masa iya Jojo mesti dandan dulu sebelum melakukan selebrasi? Konyol juga rasanya lihat atlet yang naik podium musti pake baju pengantin. Selebrasi buka baju di dunia badminton sepertinya memang perlu dihadiahi kartu kuning layaknya pertandingan sepakbola kalau begitu.

Euforia kemengan Jonatan Christie di ajang Asian Games 2018 itu tidak hanya mempersembahkan medali emas, tapi juga mempertontonkan bagaimana netizen kita tidak mengontrol diri. Mengontrol dirinya dalam membedakan mana yang sebenar-benarnya pujian dan mana yang mesum.

Karena apa yang netizen lakukan itu sebenarnya jahat. Bagaima kalau doi mendadak ogah menjaga kebugaran tubuh. Perutnya mendadak buncit dan anunya di… Intinya, bisa saja semenjak itu, semangat doi runtuh buat nambah koleksi prestasi.

Apabila hal itu terjadi, prestasinya bisa-bisa mentok di situ-situ aja. Pas prestasinya turun, ramai-ramailah kita merundunginya dengan kalimat-kalimat yang sadis.

Tidak cuma mentalitas kompetisi, tapi ia jadi terpaksa berlatih keras untuk menghadapi omongan-omongan tetangga yang selalu ada di jiwa netizen-netizen kita yang budiman itu.

Fenomena semacam ini boleh jadi berhenti mengarah pada Jojo yang baru-baru ini berlaga di perhelatan BWF World Tour Final 2019, Desember lalu. Tapi, bukan berarti berhenti sepenuhnya. Bisa saja Jojo viral lagi dengan skema yang sama, tanpa disengaja.

Apa yang sempat dicicipi Jonatan Christie itu bisa saja berlanjut ke nama-nama lain. Bahkan, pola ini masih bisa ditemukan dengan mudah, meskipun tidak semasif apa yang terlintas dari roti sobek ala Jojo waktu itu.

Mantengin komentar seksis yang berseliweran di jagat maya, mungkin membuat kita merasa jijik. Bagaimana enggak, perlakuan macam gini ini masih belum tuntas di ranah offline, eh malah berekspansi ke ruang online.

Lihat postingan cewek seksi sedikit, netizen halu. Ada juga yang mendadak jadi polisi moral. Lihat postingan cowok ganteng sedikit, netizen mendadak sangean dan ada juga yang sinis bengis karena iri. Apa-apa seakan tak pernah lepas dari stigma.

Sadar akan perut buncitnya, kadang-kadang cowok dalam diri segelintir netizen ujug-ujug menuduh orientasi seksual seseorang sebagai penyuka sesama jenis. Tuduhan itu justru hanya berdasarkan pada sebuah postingan. Menjadi manusia jadi semakin ribet hari ini. Belum sempat kenal saja, sudah dituduh yang bukan-bukan.

Kalaupun misalnya, semua manusia di bumi ini melakukan grooming akan penampilannya. Entah fenomena apa yang bakal terjadi. Kalaupun menjadi cantik-ganteng dengan fisik sempurna itu hanya menghasilkan objek halu—sampai ke ranah seksualitas—mendinglah kita jadi jelek saja sekalian.

Eh, tapi… jadi jelek juga kena bully-an nanti. Gimana dong? Apa-apa jadi serba salah, memang.

Leave a comment