/1/
riuh dadanya tersepak-sepak dilema
yang berputar pada bara batok kepala
memperkarakan demi di sela jemari sang ibunda,
agar menyerahkan si manis, anak gadisnya
untuk menenggak kelenjar dari ujung pengucur
kilap subur lahat mereka, lihat gumpalan gembur
dengarlah ibu yang memangku anaknya itu
desak nafasnya berdecak di ruang-ruang lobbi
sesaknya menghela tangis si gadis yang ditelanjangi
dengan menembangkan tembang-tembang imaji,
mereka bawa tangis itu sebagai upeti mimpi
sementara biji ketela dan kulit-kulit labu direbus
ketika pasak-pasak tanda menancap di hamparan janji
kandang unggas dan gubuk-gubuk tuapun berbincang
tentang bulir-bulir padi, dan tungku nasi di tepi irigasi
yang mulai mati layu; mengelai bilur di dada waktu
/2/
sekelumit cercah problem—
milik— tika, itulah!
si anak manis yang didustai janji
oleh rerajah kemunafikan duniawi
yang datang melalui bebatang pagi
lalu pergi menceraikan diri bagai puisi
si janda baru terlahir baru
menghiasi di tiap-tiap sendi
saat gersang tubuhnya berapi
kini berakta, atas tanda makna;
nyonya besar berbalik nama
_______________ : Nostalgia
.
— arshinara —
Yogyakarta, Mei – Agustus 2017
Dulu ada judul lagu dangdut “Gadis atau Janda”
Tapi, Kenapa sekarang ada judul lagu “Perawan atau Janda”?
LikeLike
waduh, ane kurang tahu, bang. perkembangan musik dangdit ane nggak ikutin. mungkin umiq ane di rumah lebih tahu. gmna kalo ane tanyain bentar? wkwkwk
LikeLiked by 1 person
wkwkwk ampun dah
LikeLiked by 1 person
apakah anak gadis itu masih hidup? hehehhe
LikeLiked by 1 person
Keren 😃
LikeLiked by 1 person
Keren. Penyuka puisi juga ya Mas..👏👏
LikeLike
terkadang iya, mbak.. hehehe
LikeLike
Sip. Lanjutkan Mas 😃
LikeLiked by 1 person
trims, mbak ikhaaaa 🙂
LikeLiked by 1 person
Sama2 Mas 🙂
LikeLike